Total Tayangan Halaman

SEPATU IMOET

SEPATU IMOET
SEPATU BANDUNG

Entri Populer

Jumat, 17 Desember 2010

Water Birth

melahirkan dalam air sama dengan melahirkan secara normal biasa. Jadi,

mempunyai indikasi yang jelas seperti halnya indikasi melahirkan normal.

Kecuali jika bayinya sungsang atau kelainan posisi lainnya; si ibu

memiliki penyakit herpes yang mudah ditularkan pada bayi; air ketuban

hijau kental yang menandakan bayi dalam kondisi stres dan ini bisa

diketahui bila cairan keluar sedikit dan berwarna hijau; serta plasenta

previa (plasenta menutupi jalan lahir). Bila si ibu mengalami

kelainan/kondisi seperti yang telah disebutkan tadi, maka sudah bisa

dipastikan si ibu tak dapat melahirkan secara normal, melainkan harus

secara sesar.

Karena itulah, selama pemeriksaan rutin kehamilan, dokter harus memantau

seakurat mungkin akan kemungkinan bisa tidaknya melahirkan dalam air.

Apalagi, untuk dapat melakukan persalinan di dalam air, juga harus

memenuhi beberapa syarat berikut ini:

* Keinginan dari si ibu sendiri

Bila indikasi lahir normal sudah jelas, namun cara melahirkan yang

diinginkan apakah dengan sesar, pakai epidural atau spinal agar tak

sakit, tergantung dari si ibu sendiri. Begitu pun melahirkan dalam air.

Jika bukan karena keinginan ibu itu sendiri tentunya si ibu akan stres,

khawatir, atau tak nyaman. Bahkan bisa-bisa tak konsentrasi saat

melahirkan.

* Kesiapan fasilitas di rumah sakit

Untuk melahirkan dalam air perlu kolam, sarana air dan kesiapan

paramedis seperti dokter anak dan lainnya, serta kesiapan peralatan dan

tindakan segera bila dibutuhkan tiba-tiba.

Kolam yang tersedia bisa kolam renang mainan dari bahan plastik yang

sebelumnya sudah disterilkan atau dibuatkan kolam khusus. Air yang

digunakan adalah air hangat (menggunakan water heater) dengan suhu 370C

sesuai suhu tubuh. Suhu ini tetap dipertahankan dengan menggunakan alat

sirkulasi air yang mengatur suhu air. Sementara untuk ketinggian air

sebatas bagian bawah payudara ibu yang dalam posisi duduk.

* Besarnya bayi

Ukuran besar bayi sebetulnya sangat relatif. Untuk dapat keluar dari

jalan lahir tergantung dari kemampuan panggul ibu. Jika kemampuan

panggulnya cukup baik, besarnya bayi tak jadi masalah. Misal, berat bayi

hampir 4 kg, jika panggulnya memungkinkan, bayi bisa keluar lewat jalan

lahir. Tentunya untuk besarnya bayi ini juga sudah dipantau sebelumnya

selama pemeriksaan kehamilan.




TAHAPAN PERSALINAN

Proses melahirkan dalam air memiliki tahapan yang sama seperti dalam proses

melahirkan normal. Hanya saja dengan ibu berendam dalam air hangat,

membuat sirkulasi pembuluh darah jadi lebih baik. Akibatnya akan

berpengaruh pula pada kontraksi rahim yang jadi lebih efektif dan lebih

baik. Sehingga waktu tempuh dalam proses persalinan ini lebih singkat

daripada proses melahirkan normal biasa. Berikut tahapannya:

1. Ibu masuk ke dalam air

Ketika akan melahirkan, ibu mengalami fase pembukaan laten dan aktif.

Nah, saat fase aktif pembukaan sudah 5 cm, ibu baru bisa masuk ke kolam

air. Pada fase ini biasanya dibutuhkan waktu sebentar saja, sekitar 1-2

jam untuk menunggu kelahiran sang bayi.

2. Sikap rileks

Biasanya, begitu ibu masuk ke dalam kolam air akan terasa nyaman dan

hilang rasa sakitnya. Ibu dapat duduk dengan relaks dan bisa lebih fokus

melahirkan. Dapat juga posisi lain seperti menungging.

3. Mengedan seiring kontraksi

Di dalam air, mengedan akan lebih ringan, tidak menggunakan tenaga kuat

yang biasanya membuat terasa lebih sakit. Air akan memblok

rangsang-rangsang rasa sakit. Jadi, rasa sakit yang ada tidak

diteruskan, melainkan akan hilang dengan sendirinya, ditambah lagi

kemampuan daya apung dari air yang akan meringankan saat mengedan.

Mengedan mengikuti irama datangnya kontraksi. Bayi yang keluar juga tak

perlu bantuan manipulasi tangan atau lainnya, kecuali terlihat agak

seret keluarnya.

Kontraksi yang baik akan mempercepat pembukaan rahim dan mempercepat

proses persalinan. Apalagi dengan ibu berendam dalam air, dinding va-gina

akan lebih rileks, lebih elastis, sehingga lebih mudah dan cepat

membukanya. Hal ini pula yang menyebabkan tak perlunya jahitan setelah

melahirkan, kecuali bila memang ada robekan.

4. Pengangkatan bayi

Setelah keluar kaki bayi dan tubuh seluruhnya, barulah bayi diangkat.

Darah yang keluar tidak berceceran ke mana-mana, melainkan mengendap di

dasar kolam, demikian pula dengan ari-ari bayi. Kontraksi rahim yang

baik menyebabkan perdarahan yang terjadi pun sedikit.

Ketika bayi keluar dalam air, mungkin orang khawatir bayi akan tersedak.

Namun, sebetulnya bila diingat prinsipnya, bayi hidup 9 bulan dalam air

ketuban ibu. Jadi, begitu dia lahir keluar ke dalam kolam, sebetulnya

dia lahir ke lingkungan dengan kondisi yang hampir mirip dalam

kandungan, yaitu ke dalam air dengan suhu yang sama seperti halnya

ketika dalam rahim. Jadi ketika keluar dalam air, saat itu pun bayi

belum ada rangsang untuk bernapas. Setelah diangkat ke permukaan barulah

terjadi perubahan, timbul rangsangan untuk bernapas dan biarkan ia

menangis. Setelah stabil kondisi pernapasannya, barulah digunting tali

pusatnya.

Mengingat melahirkan di air membuat sirkulasi oksigen ke bayi lebih

baik, maka ketika bayi lahir tampak kulit yang lebih kemerahan. Artinya,

oksigenisasi ke bayi lebih baik dan membuat paru-parunya pun jadi lebih

baik. Bayi juga tampak bersih tak banyak lemak di tubuhnya. Kemudian

bayi dibersihkan dengan disedot sedikit dan dibersihkan tali pusatnya.

KEUNTUNGAN MELAHIRKAN DALAM AIR


* Mengurangi risiko perdarahan.

* Lebih nyaman buat ibu

* Mengurangi rasa sakit saat proses persalinan maupun kala dijahit,

karena dinding va-gina elastis. (Penjahitan dilakukan kalau kebetulan ada

yang robek).

* Air hangat memudahkan bayi keluar, karena ibu jadi relaks, sirkulasi

darah di rahim jadi baik dan kontraksi pun jadi baik.

* Ibu lebih fokus terhadap kelahiran anaknya, karena tidak

adanya/sedikit rasa sakit saat konsentrasi disertai rasa suka citanya

terhadap proses melahirkan itu sendiri.

* Ada kontak fisik antara bayi dengan ibunya saat melahirkan. Secara

psikologis dapat berdampak baik. Apalagi setelah dilahirkan bayi

langsung disusui.

* Setelah ari-ari keluar, ibu bisa langsung ke darat. Rasanya seperti

habis dari kamar mandi, bukan seperti habis melahirkan karena tidak ada

rasa sakit.

Last edited by henndri; 15th September 2009 at 14:54..
Reply With Quote
#3
Old 15th September 2009, 14:57
<span class=henndri's Avatar" border="0" width="80" height="75">
henndri <span class=henndri is offline" border="0">
Registered Member
Join Date: Jan 2008
Location: Jakarta
Posts: 54
<span class=henndri is a new comer" border="0">
Smile

Melahirkan Tanpa Rasa Sakit Di Dalam Air

Tampaknya di abad 21 ini rasa sakit saat melahirkan yang dianggap merupakan kodrat wanita sudah dapatdiakali’. Para calon ibu kini dapat memilih proses melahirkan di dalam air yang dapat mengurangibahkan menurut sebagian ibu- menghilangkan rasa sakit! Anak yang dilahirkan sehat, si ibu juga segar. Jadi, ingin punya berapa anak, ibu-ibu?



Diawali dari kekhawatiran akan rasa sakit saat melahirkan normal, pada tahun 2002 Liz Adiantiseorang ibu yang kini dicatat sebagai orang pertama di Indonesia yang melahirkan di air- mencari informasi hal apa yang dapat mengurangi rasa sakit tersebut. Akhirnya ia mendengar mengenai proses melahirkan di air atau waterbirth ini. Liz dan suami pun segera mencari tahu seperti apa prosesnya dari internet dan mendapat banyak referensi termasuk penjelasan ilmiah seorang dokter di Moskow melalui klip video mengenai melahirkan di air. Dari referensi-referensi tersebut mereka mengetahui bahwa cara ini telah cukup lama dipraktekkan di luar negeri seperti Eropa, dan terutama Rusia. Mereka mendapati bahwa lebih banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan melahirkan di air dari pada resikonya.

Mereka pun berkonsultasi mengenai ide melahirkan di air ini saat menemui dokter kandungan langganan mereka dr. T. Otamar Samsudin, SpOG (Spesialis Obstetri dan Ginekologi). Ide ini rupanya ditanggapi positif oleh sang dokter. Beliau bersedia membantu, meski karena proses partus ini termasuk sesuatu yang baru pada saat itu, maka rumah sakit di Indonesia belum ada yang berani melakukannya. Akhirnya anak pertama Ibu Liz tetap lahir dengan cara biasa, dan baru 4 tahun kemudian tepatnya 4 Oktober 2006, keinginan ibu berusia 32 tahun ini dapat terlaksana.

Proses Melahirkan
Saat itu Ibu Liz melahirkan anak ke duanya di air. Proses melahirkannya cukup sederhana, dilakukan di dalam sebuah bak berdiameter 2 m, berisi air hangat bersuhu 36-37 *C atau kurang lebih sama dengan suhu di dalam rahim. Kolam tersebut sepertinya hanyalah kolam sederhana terbuat dari plastik seperti kolam renang anak-anak yang empuk dan nyaman. Pada pembukaan ke lima atau ke enam, si ibu masuk ke dalam kolam. Proses dari masuk ke kolam sampai dengan melahirkan memakan waktu kira-kira 1,5 – 2 jam.

Melahirkan di Air atau Water Birth

Saat itu Ibu Liz tetap merasa mulas dan mengejan seperti layaknya proses melahirkan biasa, namun karena airnya hangat rasa mulas terobati dan saat melahirkan tidak terlalu sakit. Setelah itu, si ibu kembali ke tempat tidur dan diperiksa kalau-kalau ada kerobekan. Proses ini juga melibatkan dokter anak yang memeriksa kondisi si bayi begitu dilahirkan.

Kekhawatiran para calon ibu akan keamanan si bayi saat dilahirkan rasanya tidak perlu mengingat teori di balik melahirkan di air adalah bayi berada di dalam cairan amniotik yang nyaman di rahim selama 9 bulan dan melahirkan dalam lingkungan yang kurang lebih sama dengan di rahim membuat bayi nyaman seolah-olah masih di habitatnya, dan barulah ia menangis saat dikeluarkan dari kolam hangat tersebut.

Dr. Otamar menambahkan, “Pada prinsipnya melahirkan di air sama saja dengan melahirkan normal, yang membedakan hanya medianya.” Malah proses melahirkan di air lebih cepat dibanding melahirkan normal, hanya memakan waktu kurang lebih 1,5 sampai 2 jam. Manfaat lainnya, suhu air yang hangat membuat sirkulasi pembuluh darah lebih baik sehingga kontraksi lebih mudah dan mulut rahim menjadi lembek dan mudah dibuka. Bahkan untuk beberapa kasus, mulut rahim tidak perlu dijahit lagi karena tidak robek.

Resiko & Prasyarat
Mengenai resiko, dokter yang juga berpraktek di beberapa rumah sakit ibu kota ini mengatakan, “melahirkan di air resikonya hampir sama dengan melahirkan normal tetapi ada batasan-batasan dan pertimbangan medis seperti panggul tidak cukup besar, bayi lahir sungsang atau melintang, ibu yang sedang dalam perawatan medis, penyakit herpes dan lain-lain.” Mengenai faktor herpes, ternyata kuman herpes tidak mati di dalam air dan penularan dapat terjadi melalui mata lewat selaput lendir dan tenggorokan bayi.
Reply With Quote

Tidak ada komentar:

Posting Komentar